Video Hiburan dimasa CORONA.
Senin, 31 Agustus 2020
Sudah Dikatakan Jangan Keluar Rumah 😁😀
DPD HIMNI Sumbar Laksanakan Seminar Sekaligus Webinar, Dorong Kepedulian Perempuan Nias di Perantauan
Salah satu faktor perlakuan tidak adil karena perempuan Nias ketika merantau tidak dibekali dengan pendidikan yang cukup dan ketrampilan yang baik. Masih jelas di ingatan, peristiwa 26 Maret 2019 cara memberikan perlakuan terhadap Melinda Zidomi umur 24 tahun. Merupakan calon pendeta yang lantas diperkosa, dibunuh dan dibuang oleh dua orang laki – laki di kebun kelapa sawit kabupaten OKI Sumatera Selatan (Sumsel). Kemudian ada pula peristiwa di Padang, Sumatera Barat 24 Mei 2020 menyeret nama Kristin Mendrofa. Ditemukan meninggal gantung diri yang sampai kini keluarga terus mempertanyakan penyebab kematian sesungguhnya. Berharap melalui webinar, muncul rasa peduli dan perhatian masyarakat terhadap nasib perempuan Nias di perantauan. Narasumber webinar adalah Dr. Anotona Gulo selaku ketua jurusan sejarah PIB Universitas Andalas, Dr. Amiziduhu Mendrofa SH,MH selaku advokat / pengacara, Pdt. Edison Hulu, S,Th, S.Pdk,M.Th sebagai ketua DPD HIMNI Sumbar dan HM. Yusuf Sisus Lombu, M.Si sebagai ketua Yayasan Peduli Muslim Nias ( YPMN ). Masing – masing narasumber menyampaikan materinya dengan baik. Peserta webinar diikuti oleh berbagai kalangan yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Sementara, sebagai mitra kerjasakma baik Seminar maupun Webinar dari DPD HIMNI Sumatera Barat, atas nama Jurusan Sejarah FIB Universitas Andalas mengucapkan rasa syukur yang sedalam – dalamnya. Terlebih kepada Tuhan dan semua warga masyarakat Nias dimanapun berada. Khususnya di kota Padang dan pengurus DPP HIMNI Pusat. Webinar dihadiri hampir 100 peserta dari berbagai wilayah di tanah air. Beberapa tokoh perempuan Nias juga hadir Dr. Dorkas Daeli sebagai perempuan Nias pertama yang meraih gelar Doktor sekaligus Sekum BPHMS BNKP. Begitu pula Esther GN Telaumbanua, tokoh perempuan Diaspora Nias ikut bergabung. Sementara dari kota Yogyakarta hadir Dr. Fonali Lahagu, tokoh Nias yang lama berkarir di PT. Freeport Indonesia. Memang merasa ikut prihatin dan menaruh empati atas berbagai peristiwa pelecehan dan kekerasan hingga kejahatan kemanusiaan. Terutama yang seringkali dialami para perempuan Nias yang meninggalkan kampung halaman pergi merantau ke berbagai tempat. Seperti yang terjadi di Sumbar termasuk kota Padang, Bali, Sumsel, Sumut, Aceh, hingga ke Penang Malaysia, dan sebagainya. Sebagaimana yang terungkap dan dibahas dalam Webinar. Semoga kegiatan penuh berkah dan berharap sedikit banyaknya mampu menggugah rasa kepedulian sebagai warga masyarakat Nias. Tentu yang mana berdomisili baik di Pulau Nias maupun di perantauan.
Lihat juga : Video webinar "Perempuan Nias di Perantauan"
Sumber : https://nawacitapost.com/featured/2020/08/24/dpd-himni-sumbar-laksanakan-webinar-dorong-kepedulian-perempuan-nias-di-perantauan/
Selasa, 18 Agustus 2020
Kisah Heroik Mendur bersaudara, Fotografer Proklamasi
Jika saat ini Anda bisa melihat foto Presiden Soekarno membacakan teks Proklamasi maka sudah patutnya
berterima kasih pada kakak beradik, Alex Mendur dan Frans Mendur. Berkat dua orang bersaudara itu, hingga saat ini saksi bisu hari paling penting untuk bangsa ini bisa kita lihat.Padahal tak ada instruksi untuk keduanya mengambil foto saat teks Proklamasi dibacakan. Frans Mendur hanya tak sengaja mendengar kabar dari harian Asia Raya. Pun kakaknya, Alex Mendur yang berprofesi sebagai fotgrafer kantor berita Jepang waktu itu.
Keduanya langsung bergegas ke kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No 56, Cikini, Jakarta dengan membawa kamera masing-masing. Dengan mengendap-endap, Mendur bersaudara berhasil merapat di lokasi tepat pukul 05.00 pagi. Rupanya hanya mereka berdua, fotografer yang hadir di hari paling penting bagi bangsa Indonesia itu.
Alex dan Frans berhasil mengabadikan beberapa foto detik-detik proklamasi Indonesia. Namun usai upacara, mereka berdua disergap tentara Jepang. Alex ditangkap, kameranya disita, hasil fotonya dibakar. Sementara Frans berkilah, ia mengaku negatif filmnya telah dirampas Barisan Pelopor padahal telah dikubur dalam tanah. Tentara Jepang pun berhasil ia kelabuhi.
Setelah dirasa aman, keduanya lalu menggali tanah tempat negatif film dikubur. Tak menunggu lama, film itu kemudian dicetak. Butuh keberanian dan mental baja. Mendur bersaudara harus diam-diam menyelinap di malam hari, memanjat pohon, dan melompati pagar hingga akhirnya menemukan lab foto. Sebab jika tertangkap Jepang, bukan tak mungkin Mendur bersaudara dihukum mati. Tanpa foto karya Frans Mendur, maka proklamasi Indonesia tak akan terdokumentasikan dalam bentuk foto.
Mendur bersaudara lahir di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara. Alex Mendur lahir pada 1907, sementara adiknya Frans Mendur lahir tahun 1913. Kala itu nama Mendur bersaudara sudah terkenal di mana-mana. Keberadaan mereka diperhitungkan media-media asing.
Untuk mengenang aksi heroik Mendur bersaudara, keluarga besar Mendur mendirikan sebuah monumen yang disebut "Tugu Pers Mendur". Tugu ini berupa patung Alex dan Frans serta bangunan rumah adat Minahasa berbentuk panggung berbahan kayu.
Tugu Pers Mendur didirikan di Kelurahan Talikuran, Kecamatan Kawangkoan Utara, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, di tanah kelahiran mereka. Di dalam rumah itu terdapat 113 foto karya Mendur bersaudara yang diresmikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 11 Februari 2013.
Dikutip dari berbagai sumber ~
Jumat, 07 Agustus 2020
Dr. Disiplin F. Manao, SH. MH., Hakim Tinggi Dulunya Pernah Jadi Seorang Reporter
Jakarta, NAWACITAPOST – Hakim Tinggi Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta, Dr. Disiplin F. Manao,
SH, MH dulunya pernah menjadi seorang reporter. Tepatnya saat menjadi mahasiswa baru di Fakultas Hukum Universitas Katolik Atmajaya. Memang ditawarkan banyak unit kegiatan. Ada karawitan jawi, paduan suara, taekwondo, aktif majalah kampus dan masih banyak lainnya. Memilih kegiatan yang memang bisa mendukung dalam menyelesaikan studinya. Karena pada dasarnya seorang sarjana hukum tidak saja mampu bercerita tentang hukum. Tapi harus mampu pula menulis tentang hukum. Maka dipilih kegiatan menjadi reporter. Jadi dirinya ikut pendidikan pers jurnalistik selama kurang lebih 9 bulan. Dalam pendidikan, oleh pengelola dirinya ya dibawa ke berbagai institusi. Baca juga : Destinasi Wisata di Pulau NiasBertemu dengan menteri, direktur beragam hotel di Jakarta dan sebagainya. Menjadikan dirinya merasa happy. Setelah sekian bulan, dirinya lulus. Tidak semua lulusan pendidikan pers jurnalistik bisa menjadi reporter di majalah kampus. Tapi puji Tuhan, bisa terpilih menjadi reporter. Setiap kegiatan seminar, ilmiah atau kegiatan kampus diliput. Terlatih untuk menulis berita dan feature. Dari situlah, menolongnya ketika dosen memberikan penugasan pembuatan makalah. Sehingga tidak merasa kesulitan. Apalagi disuruh menyusun skripsi. Bahkan, jenjang karir di majalah kampus tidak hanya terbatas pada reporter. Naik menjadi redaktur pelaksana, dewan redaksi hingga sekretaris redaksi. Majalah masih eksis hingga kini. Walaupun memang sudah tidak lagi berada didalamnya. Setidaknya ada regenerasi usai sepeninggal dirinya disana.
(Ayu Yulia Yang)
Sumber : http://nawacitapost.com
Rabu, 05 Agustus 2020
Padang Diguncang Gempa 5,2 SR, Kedalaman 14 Km
Guncangan gempa bumi cukup terasa kuat di Kota Padang, Sumatra Barat, sekitar pukul 06.51 WIB, Rabu (5/8/2020). Gempa ditandai getaran kecil terlebih
dahulu,sebelumnya datang getaran yang cukup kuat, tulis Langgam.id.
Posisi persisnya pada Lintang : 1.70 LS, Bujur : 100.20 BT, dan kedalaman: 14 Km. Untuk saat ini, BMKG menyebutkan, gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Gempa terjadi pada waktu sebagian masyarakat Padang masih tidur. Di Mata Air misalnya, sebagian warga seketika terjadi gempa, langsung keluar rumah.
“Hati-hati terhadap gempa bumi susulan yang mungkin terjadi,” imbau BMKG.
Sumber : http://amp.suara.com